Jumat, 19 Juni 2020

Merawat Kefitrian Diri


Jum’at kali ini berada di penghujung bulan Syawal, bulan dimana idul fitri berada akan segera ditinggalkan. Catatannya adalah, meskipun bulan syawal ini akan segera lewat namun yang tidak boleh lewat dari diri seseorang adalah kefitrian diri. Artinya kefitrian yang telah dicapai harus dirawat tidak dibiarkan hilang bersama berlalunya bulan syawal ini.

Keadaan jiwa seseorang dimana di dalamnya melekat hikmah, syaja’ah dan iffah, menunjukkan hati yang bersih, steril dan tidak terkontaminasi oleh sifat-sifat yang tidak baik. Al-Qur’an membahasakannya dengan qalbun saliim sebagaimana dijelaskan dalam QS. Asy-Syu’ara [26]: 88-89. 
يوم لا ينفع مال ولا بنون * إلا من أتى الله بقلب سليم
Yaitu hari dimana harta dan anak-anak tidak berguna lagi. Kecuali orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang bersih.

Hati yang fitri itu, tidak lain ya hati yang bersih atau qalbun saliim itu tadi. Maksudnya hati yang bersih dari penyakit hati. Yang jadi soal adalah, bagaimana mengidentifikasi diri apakah hatinya sedang sakit atau tidak. Ini sulit, karena kecenderungan manusia merasa dirinya baik, dirinya benar di satu sisi dan mencari kambing hitam atau _demonisasi,_ pada sisi lainnya. Yang jelas-jelas busuk pun jika berasal dari dirinya sendiri, manusia merasa enjoy-enjoy saja. Buktinya (maaf ini ya) ketika membau kentutnya sendiri orang biasa-biasa saja bahkan boleh jadi menikmatinya, karena perutnya lega. Tapi sebaliknya, pada saat yang sama, kok membau kentut orang lain, waaah, langsul mual perutnya. Inilah subyektifitas manusia, sulit melihat kekurangan diri.

Karena itu, sebagaimana keadaan tubuh, untuk mengenali sehat atau sakit, tidak mesti dikenali lewat ciri-ciri sehatnya namun bisa dikenali lewat ciri-ciri orang sakit. Untuk mengenali keadaan seseorang sehat, bisa dilihat melalui ada tidaknya ciri-ciri orang sakit padanya. Jika tidak ada gejala sakit berarti sehat. Nah, demikian pula untuk mengenali hati kita sehat, bisa kita lihat lewat ada atau tidaknya ciri-ciri hati yang sakit pada diri kita. Sehubungan dengan ini, Muhammad bin Abdullah asy-Syamrani dalam sebuah artikel menjelaskan ciri-ciri hati yang sedang sakit, yang bisa digunakan untuk mengukur hati kita sedang greges-greges (gejala awal masuk angin) atau sudah kronis sakitnya. Sebelum kronis, ketika terasa greges-greges segera diobati agar cepat sehat kembali, agar kesehatan hati tetap terawat, sehingga ketika sewaktu-waktu menghadap Sang Pencipta selalu dalam keadaan bersih. Berikut ini di antara ciri-ciri hati yang sedang sakit. Jika ada di dalam diri kita, berarti hati kita sakit jika tidak ada berarti hati kita sehat.

Pertama, فقدان الشهية (faqdaan asy-syahiyah) atau hilang selera. Hati ibarat badan ia membutuhkan asupan nutrisi. Badan yang sakit selera makannya hilang. Demikian pula hati yang sakit ia juga kehilangan selera mengkonsumi nutrisi hati. Nutrisi hati adalah berdzikir kepada Allah, melalui bacaan al-Qur’an atau bacaan-bacaan dzikir ma’tsuuraat. Hati yang sakit, tidak selera untuk berdzikir kepada Allah.

Kedua, الضعف عن القيام بالطاعات (adh-dha’f ’an al-qiyaam fi ath-thaa’aat) lemah dalam menjalankan ketaatan pada Allah. Ini dampak dari kurangnya asupan nutrisi hati, akibatnya meski badannya sehat, berotot, kekar namun lemah dalam menjalankan ketaatan. Ada orang yang sehat, kuat, kekar namun tidak kuat puasa. Ini karena nutrisi hatinya kurang, karena itu lemah dalam menjalankan ketaatan. Ada orang yang rumahnya dekat dengan mushalla dan masjid, namun lemah untuk menjalankan shalat jama’ah. Karena sebenarnya shalat jama’ah ke masjid dan mushalla bukan urusan fisik sehat atau tidak, bukan urusan jaraknya dekat atau jauh, namun urusan hatinya bernutrisi atau tidak. Jika hatinya cukup nutrisi, maka ia semakin kuat dalam menjalankan ketaatan-ketaatan.

Ketiga, الاشمئزاز عند ذكر الله والفرح والاستبشار والسرور عند اللهو واللغو والباطل (al-isymi’zaaz ‘inda dzikrillah wa al-farh wa al-istibsyaar wa as-suruur ‘inda al-lahw wa al-laghw wa al-baathil). Maksudnya kesal jika disebut-sebut asma Allah, sebaliknya bahagia, senang dan suka cita jika berada dalam hal-hal tidak bermakna dan kebatilan. Keadaan hati yang demikian ini menunjukkan hati yang sakit dan sudah kronis sekali, sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam QS. Az-Zumar [39]: 45
وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِن دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
Apabila hanya nama Allah saja yang disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat. Dan apabila nama-nama (sembahan) selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka riang gembira.

Keempat, الأنس بأصحاب الذنوب والمعاصي (al-unsu bi ashaab adz-dzunuub wa al-ma’aashiy) maksudnya senang, ramah dan jinak kepada pendosa. Hati yang sakit cenderung permisif kepada dosa dan para pelakunya, bahkan bisa jadi membelanya. Betapa saat ini, banyak orang yang bukan saja ramah, jinak kepada pelaku LGBT. Lebih dari itu, malah banyak yang membelanya atas nama Hak Asasi Manusia, katanya. Kelima, lebih senang masuk ke arena permainan di satu sisi, sementara berat untuk masuk ke masjid dan majelis-majelis dzikir dan ta’lim, pada sisi lainnya. Keenam, عدم الشعور بجراحات الذنوب والمعاصي (adam asy-syu’uur bi jaraahaat adz-dzunuub wa al-ma’aashiy) maksudnya tidak lagi merasakan dosa ketika melakukan kemaksiatan. Jika keadaannya sebagaimana yang terakhir ini, tentu sakit hatinya sudah kronis sekali, dan susah untuk diobatia. Betapa banyak manusia menikmati dan merasa enjoy dengan meninggalkan kewajiban syariat misalnya. Betapa banyak manusia yang enjoy-enjoy saja melakukan dosa, meminum minuman keras, narkoba, perzinahan dan sebagainya. Bahkan banyak di antara pelakunya, sudah di dalam penjara pun, masih melakukan hal yang sama. Ini menunjukkan betapa kronisnya sakit yang diderita oleh hati mereka. Ibarat badan yang sakit, yang demikian itu sudah harus dikarantina dan dirawat dengan intensif dimaksukkan ke instalasi ICU.

Demikian Hikmah Jum’at kali ini semoga dengannya Allah memberikan manfaat, dan Allah berkenan menjaga kefitrian diri hingga kelak menghadap kepada-Nya. Billaahi fii sabiilil haq.

Tidak ada komentar: