Jumat, 26 Juni 2020

MERAWAT KEFITRIAN DIRI (Bagian ke-2)


Merawat kebersihan hati selain harus dari sisi internal, dengan mengetahui gejala-gejalanya juga harus mawas akan adanya entitas luar yang senantiasa mengintai untuk memengaruhi manusia agar hatinya terkontaminasi. Dia adalah setan. Orang beriman meyakini bahwa keberadaan dan pengaruh setan ini nyata adanya, meskipun tidak kasat mata. Karena itu manusia sulit mengidentifikasi dan membedakan, antara kemauan diri atau kemauan diri yang telah terkontaminasi, yang menjerumuskan pada ketidakbaikan. Di sinilah letak pentingnya senantiasa memohon perlidungan kepada Allah dari godaan dan gangguan setan. Bahkan Rasulullah pun, senantiasa memintakan perlindungan kepada Allah untuk kedua cucu tersayangnya Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein, dari godaan setan ini.
عن ابن عباس رضى الله عنهما قال كان رسول الله صلى الله عليه  وسلم يعوذ الحسن والحسين فيقول أعيذكما بكلمات الله التامة من كل شيطان وهامة ومن كل عين لامة
Dari Ibn Abbas ra. dia berakata: Adalah Rasulullah memintakan perlindungan untuk Hasan dan Husein seraya Beliau bersabda: Saya mohon perlindungan untuk kalian berdua dengan lantaran kalimat Allah yang sempurna, dari setan, hewan berbisa dan dari pandangan mata yang membawa keburukan.

Setan senantiasa melakukan tipu daya dengan cara apapun, kepada siapapun sesuai dengan apa yang memungkinkannya bisa masuk untuk melakukan tipu daya. Tipu daya (talbiis) itu menjadikan pandangan seseorang terhadap yang batil tampak haq, yang jelek tampak baik. Untuk melakukan itu dia tidak pernah istirahat sedikitpun, tidak pernah tertidur sedikitpun. Hasan al-Basri pernah ditanya oleh seseorang. Apakah setan itu tidur, ia menjawab: Oh tidak pernah. Jika ia tidur, kita bisa istirahat sejenak dari tipu daya mereka.
قال الرجل للحسن البصرى: أينام إبليس؟ لو نام لوجدنا راحة
Ada seseorang bertanya kepada Hasan al-Bashriy: Apakah Iblis itu juga tidur? (dia berkata): Seandainya ia itu tidur, maka kita bisa istirahat (sejenak).

Lantas bagaimana setan menggoda manusia agar terjerumus pada jurang kehinaan?. Ibnu al-Jauziy (bukan Ibn al-Qayyim al-Jauziyah) dalam Talbiis al-Ibliis pernah menggambarkan bagaimana setan itu melakukan talbis kepada manusia. Hati manusia dianalogikan dengan sebuah benteng. Benteng tersebut ada dinding-dindingnya yang dilengkapi dengan pintu-pintu. Benteng tersebut juga ada penjaganya atau security-nya. Security tidak boleh terlena barang sebentar saja. Karena di luar benteng selain ada malaikat* juga ada setan yang saling berebut pengaruh.

Nah, di dalam benteng ada bilik yang ditempati oleh akal sehat, di sebelahnya ada ruangan yang ditampati oleh hawa nafsu.  Antara akal dan hawa nafsu, sering terjadi tarik menarik kepentingan. Setan senantiasa mondar-mandir di sekeliling benteng, dan selalu berusaha untuk mengakses ke bilik yang ditempati oleh hawa nafsu. Karena itu security enggak boleh lengah sedikitpun, karena kalau sudah masuk, tidak ada yang bisa menghalangi setan dalam melakukan tipu daya. Dia senantiasa memonitor dan mencari di mana titik kelelahan dan kelengahan para penjaga benteng.

Pernah kan Kanjeng Nabi menjelaskan bahwa di dalam diri manusia sesungguhnya sudah di pasang ”polisi” yang akan menjaga seseorang agar tidak melakukan kejelekan. Kejelekan akan membuat resah dan hati tidak tenang, sabda kanjeng Nabi tersebut begini.
البر حُسن الخُلق، والإثم ما حاك في نفسك وكرهت أن يطلع عليه الناس
Kebaikan adalah akhlaq yang baik, sedangkan kejelekan adalah yang membuat jiwamu risau, resah, tidak tenang. Dan kamu tidak senang jika kejelekan (yang kamu lakukan itu) diketahui oleh manusia.

Lanjut ke benteng lagi. Lalu di dalam benteng tadi juga ada lampu penerang, yang tidak lain adalah dzikrullah. Di dalam benteng juga ada kaca pengilon atau cermin. Semakin banyak dzikirnya, maka semakin terang-benderang bilik-bilik yang ada di dalam benteng tadi. Demikian pula kaca pengilonnya juga bisa memantulkan cahaya yang terang pula. Bahkan bisa memancarkannya sampai keluar benteng. Nah, sebaliknya jika dzikirnya kepada Allah kok sedikit maka lampu penerangan di dalam benteng mbleret tidak terang, redup, hanya remang-remang. Ini yang menjadikan jika ada pihak luar masuk tanpa terdeteksi oleh kaca pengilon tadi.

Di sisi luar, setan masih memonitor terus setiap saat. Dia berusaha untuk bisa masuk. Awal dia masuk untuk mentalbiskan yang batil menjadi hak dan yang hak menjadi batil adalah dengan membuat remang-remang. Caranya bagaimana, di gambarkan oleh Ibn al-Jauziy, setan selalu meniupkan dukhan atau asap ke dalam bilik hawa nafsu. Dengan begitu, dia bisa masuk dengan leluasa dan tidak termonitor oleh para penjaga. Ketika sudah bisa masuk, dia bisa menipu para penjaga bahkan bisa menghalangi cermin, dan bahkan bisa mematikan lampu yang menerangi benteng tersebut. Jika sudah demikian keadaannya yakni lampunya sudah mati, cerminnya sudah tidak mengkilap lagi, ruangang menjadi gelap, maka gelaplah seluruh benteng, menjadi benteng yang tak bertuan, tuannya sudah tak berdaya lagi sudah dilemahkan. Sekarang yang menjadi tuannya adalah pendatang baru, ibarat tamu tapi jadi tuan rumah. Tuan rumahnya, tidak bisa berbuat apa-apa lagi, karena terjajah oleh tamu yang tidak lain adalah setan tadi.

Sebelum hal itu terjadi, maka merawat kefitrian diri harus senantiasa dilakukan. Caranya dengan menjauhi ajakan, bisikan jelek dengan cara menerangi hati melalui dzikrullah. Pertajam mata hati dengan dzikrullah. Dengan begitu, manusia bisa meminta nasihat kepada hatinya sendiri. Sabda Kanjeng Nabi tentang hal itu, sebagaimana didijelaskan oleh Imam Nawawiy dalam karya beliau al-Arbain an-Nawawiyah hadis ke dua puluh tujuh sebagai berikut.
استفتِ قلبك، البر ما اطمأنت إليه النفس، واطمأن إليه القلب، والإثم ما حاك في النفس، وتردد في الصدر، وإن أفتاك الناس وأفتَوْك
_Mintalah fatwa (nasihat) kepada hatimu. Kebaikan/kebajikan itu adalah segala hal yang jiwa merasa tenang dengannya, dan hati merasa tenteram-tenang kepadanya. Sedangkan dosa itu adalah apa saja yang ngganjel dalam hatimu, dan membuat hatimu gojag-gajeg (ragu), meskipun kamu meminta fatawa kepada manusia dan manusia memberikan fatwa kepadamu._

Demikian Hikmah Jum’at kali ini semoga dengannya Allah memberikan manfaat, dan Allah berkenan menjaga kefitrian diri hingga kelak menghadap kepada-Nya. Billaahi fii sabiilil haq.

Tidak ada komentar: