Senin, 24 September 2012

Ahlul Kitab Mana yang Masuk Surga?


AHLUL KITAB MANA YANG MASUK SURGA?
Prolog
Ayat 62 surat al-Baqarah sering dijadikan dasar bagi kalangan tertentu yang pola pikirnya menuntut dirinya untuk membenarkan pluralisme agama dalam makna bahwa semua agama benar. Secara eksplisit ayat tersebut memang menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman, Yahudi, Nasrani dan kaum Shabi’in akan masuk surga tanpa ada rasa takut sedikitpun. Berdasar makna tersebut, disimpulkan bahwa orang-orang Yahudi, Nasrani, kaum Shabi’in akan masuk surga karena telah dijamin oleh Allah melalui ayat tersebut. Jika seseorang menyimpulkan demikian, sebenarnya justru menunjukkan kedangkalan pemahamannya terhadap al-Qur’an, dengan demikian kurang pantas untuk dijadikan panutan. Berikut ini uraian ayat tersebut berdasar pada penjelasan Ibnu Katsir, dalam Kitab Tafsirnya, Juz I hal. 285-286.


Pemahaman Komprehensif
Untuk mendapatkan pemahaman yang memadai tentang makna dan maksud ayat, kita perlu mengetahui sebab turun dari ayat tersebut. Karena itu, wajar jika Ibnu Katsir mengawali penjelasan ayat tersebut dengan menyebutkan sebab turun ayat tersebut. Yakni suatu ketika seorang shahabat -Salman al-Farisi- berdialog dengan Nabi saw. mengenai teman-temannya dari golongan non Islam yang mereka itu melakukan shalat, puasa dan juga mempercayai tentang kenabian Muhammad. Singkat cerita, Rasulullah menanggapi pembicaraan Salman tersebut dengan jawaban bahwa mereka akan masuk neraka. Mendengar jawaban tersebut Salman merasa berat. Kemudian turunlah ayat tersebut.
Lalu mengapa ayat di atas menjelaskan bahwa mereka akan masuk surga? Yang dimaksud orang Yahudi, Nashrani dan Shabi’in tersebut masuk surga adalah jika orang Yahudi mengikuti ajaran nabi Musa dan ketika datang risalah Nabi Isa mereka meninggalkan ajaran Musa dan mengikuti ajaran Nabi Isa. Selanjutnya demikian pula bagi kalangan Nashrani akan masuk surga jika mereka mengikuti ajaran nabi Isa, hingga ketika telah datang risalah Nabi Muhammad mereka meninggalkan risalah Nabi Isa untuk selanjutnya mengikuti Risalah Nabi Muhammad. Jika orang Yahudi yang ketika datang Risalah Nabi Isa tidak mau mengikutinya, mereka akan masuk neraka. Demikian pula jika kaum Nabi Isa ketika telah datang risalah Nabi Muhammad masih berpegang pada risalah Isa dan tidak mau mengikuti ajaran Rasulullah, masuk nerakalah mereka. Dari penjelasan tersebut tampak bahwa orang-orang Yahudi, Nashrani, dan kaum Shabi’in yang masuk surga adalah mereka yang konsisten dengan ajaran tauhid, dan setelah datang risalah nabi berikutnya mereka meninggalkan risalah nabi sebelumnya untuk kemudian mengikuti risalah Nabi selanjutnya. Dengan demikian konskwensinya, mereka yang mengikuti risalah Nabi Muhammad sajalah yang akan masuk surga, karena mereka telah berislam, telah berserah diri dengan apa yang datang dari Allah. Jika tidak, maka predikat kafir akan selalu melekat pada diri mereka, sebagaimana dijelaskan dalam ayat al-Qur’an yang lain (al-Maidah ayat 72-73), yang menjelaskan bahwa orang yang meyakini Isa al-Masih sebagai Tuhan, serta meyakini bahwa Tuhan itu Trinitas adalah kafir.
Epilog
Agar tidak terjebak pada pemahaman sempit maka mendekati al-Qur’an tidak bisa dilakukan secara parsial tanpa memahami hal-hal yang melingkupinya dan juga munasabah ayat. Simpulan dari uraian singkat di atas adalah bahwa yang dimaksud dengan kaum Yahudi, Nashrani, Shabi’in yang dijamin masuk surga adalah mereka yang secara sukarela meniggalkan risalah nabi-nabi sebelumnya untuk selanjutnya berkomitmen mengikuti risalah nabi terakhir, Rasulullah Muhammad saw. Meskipun demikian kita sebagai sesama pemeluk agama tidak perlu merendahkan pemeluk agama yang berbeda dengan kita. Saling menghargai, tidak saling memusuhi, bekerjasama dalam kemaslahatan umat manusia perlu dikembangkan untuk mencapai harmoni, tanpa mengurbankan keyakinan masing-masing. Karena harmoni tidak menuntut dan tidak perlu mengurbankan keimanan kita masing-masing. Wallahu a’lam bi al-Shawab.

Tidak ada komentar: