Jum’at kali ini berada di
penghujung bulan Syawal, bulan dimana idul fitri berada akan segera
ditinggalkan. Catatannya adalah, meskipun bulan syawal ini akan segera lewat
namun yang tidak boleh lewat dari diri seseorang adalah kefitrian diri. Artinya kefitrian yang telah dicapai harus dirawat tidak dibiarkan hilang
bersama berlalunya bulan syawal ini.
Keadaan jiwa seseorang
dimana di dalamnya melekat hikmah, syaja’ah dan iffah, menunjukkan hati yang bersih,
steril dan tidak terkontaminasi oleh sifat-sifat yang tidak baik. Al-Qur’an
membahasakannya dengan qalbun saliim sebagaimana dijelaskan dalam QS.
Asy-Syu’ara [26]: 88-89.
يوم لا ينفع مال ولا بنون * إلا من أتى الله بقلب
سليم
Yaitu hari dimana harta dan
anak-anak tidak berguna lagi. Kecuali orang yang datang menghadap Allah dengan
hati yang bersih.
Hati yang fitri itu, tidak lain
ya hati yang bersih atau qalbun saliim itu tadi. Maksudnya hati yang bersih
dari penyakit hati. Yang jadi soal adalah, bagaimana mengidentifikasi diri
apakah hatinya sedang sakit atau tidak. Ini sulit, karena kecenderungan manusia
merasa dirinya baik, dirinya benar di satu sisi dan mencari kambing hitam atau
_demonisasi,_ pada sisi lainnya. Yang jelas-jelas busuk pun jika berasal dari
dirinya sendiri, manusia merasa enjoy-enjoy saja. Buktinya (maaf ini ya)
ketika membau kentutnya sendiri orang biasa-biasa saja bahkan boleh jadi
menikmatinya, karena perutnya lega. Tapi sebaliknya, pada saat yang sama, kok
membau kentut orang lain, waaah, langsul mual perutnya. Inilah subyektifitas
manusia, sulit melihat kekurangan diri.
Karena itu, sebagaimana keadaan
tubuh, untuk mengenali sehat atau sakit, tidak mesti dikenali lewat ciri-ciri
sehatnya namun bisa dikenali lewat ciri-ciri orang sakit. Untuk mengenali
keadaan seseorang sehat, bisa dilihat melalui ada tidaknya ciri-ciri orang
sakit padanya. Jika tidak ada gejala sakit berarti sehat. Nah, demikian pula untuk
mengenali hati kita sehat, bisa kita lihat lewat ada atau tidaknya ciri-ciri
hati yang sakit pada diri kita. Sehubungan dengan ini, Muhammad bin Abdullah
asy-Syamrani dalam sebuah artikel menjelaskan ciri-ciri hati yang sedang sakit,
yang bisa digunakan untuk mengukur hati kita sedang greges-greges (gejala awal masuk angin) atau sudah
kronis sakitnya. Sebelum kronis, ketika terasa greges-greges segera diobati
agar cepat sehat kembali, agar kesehatan hati tetap terawat, sehingga ketika
sewaktu-waktu menghadap Sang Pencipta selalu dalam keadaan bersih. Berikut ini di
antara ciri-ciri hati yang sedang sakit. Jika ada di dalam diri kita, berarti
hati kita sakit jika tidak ada berarti hati kita sehat.
Pertama, فقدان الشهية
(faqdaan
asy-syahiyah) atau hilang selera. Hati ibarat badan ia membutuhkan asupan
nutrisi. Badan yang sakit selera makannya hilang. Demikian pula hati yang sakit
ia juga kehilangan selera mengkonsumi nutrisi hati. Nutrisi hati adalah
berdzikir kepada Allah, melalui bacaan al-Qur’an atau bacaan-bacaan dzikir
ma’tsuuraat. Hati yang sakit, tidak selera untuk berdzikir kepada Allah.
Kedua, الضعف عن القيام بالطاعات (adh-dha’f ’an al-qiyaam fi ath-thaa’aat) lemah dalam menjalankan ketaatan
pada Allah. Ini dampak dari kurangnya asupan nutrisi hati, akibatnya meski
badannya sehat, berotot, kekar namun lemah dalam menjalankan ketaatan. Ada
orang yang sehat, kuat, kekar namun tidak kuat puasa. Ini karena nutrisi
hatinya kurang, karena itu lemah dalam menjalankan ketaatan. Ada orang yang
rumahnya dekat dengan mushalla dan masjid, namun lemah untuk menjalankan shalat
jama’ah. Karena sebenarnya shalat jama’ah ke masjid dan mushalla bukan urusan
fisik sehat atau tidak, bukan urusan jaraknya dekat atau jauh, namun urusan
hatinya bernutrisi atau tidak. Jika hatinya cukup nutrisi, maka ia semakin kuat
dalam menjalankan ketaatan-ketaatan.
Ketiga, الاشمئزاز عند ذكر الله والفرح والاستبشار
والسرور عند اللهو واللغو والباطل (al-isymi’zaaz ‘inda dzikrillah
wa al-farh wa al-istibsyaar wa as-suruur ‘inda al-lahw wa al-laghw wa
al-baathil). Maksudnya kesal jika disebut-sebut asma Allah, sebaliknya
bahagia, senang dan suka cita jika berada dalam hal-hal tidak bermakna dan
kebatilan. Keadaan hati yang demikian ini menunjukkan hati yang sakit dan sudah
kronis sekali, sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam QS. Az-Zumar [39]: 45
وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا
يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِن دُونِهِ إِذَا هُمْ
يَسْتَبْشِرُونَ
Apabila hanya nama Allah saja
yang disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan
akhirat. Dan apabila nama-nama (sembahan) selain Allah yang disebut, tiba-tiba
mereka riang gembira.
Keempat, الأنس بأصحاب الذنوب والمعاصي (al-unsu bi ashaab adz-dzunuub wa
al-ma’aashiy) maksudnya senang, ramah dan jinak kepada pendosa. Hati yang
sakit cenderung permisif kepada dosa dan para pelakunya, bahkan bisa jadi
membelanya. Betapa saat ini, banyak orang yang bukan saja ramah, jinak kepada
pelaku LGBT. Lebih dari itu, malah banyak yang membelanya atas nama Hak Asasi
Manusia, katanya. Kelima, lebih senang masuk ke arena permainan di
satu sisi, sementara berat untuk masuk ke masjid dan majelis-majelis dzikir dan
ta’lim, pada sisi lainnya. Keenam, عدم
الشعور بجراحات الذنوب والمعاصي (adam asy-syu’uur bi jaraahaat
adz-dzunuub wa al-ma’aashiy) maksudnya tidak lagi merasakan dosa ketika melakukan
kemaksiatan. Jika keadaannya sebagaimana yang terakhir ini, tentu sakit hatinya
sudah kronis sekali, dan susah untuk diobatia. Betapa banyak manusia
menikmati dan merasa enjoy dengan meninggalkan kewajiban syariat misalnya.
Betapa banyak manusia yang enjoy-enjoy saja melakukan dosa, meminum minuman
keras, narkoba, perzinahan dan sebagainya. Bahkan banyak di antara pelakunya,
sudah di dalam penjara pun, masih melakukan hal yang sama. Ini menunjukkan
betapa kronisnya sakit yang diderita oleh hati mereka. Ibarat badan yang sakit,
yang demikian itu sudah harus dikarantina dan dirawat dengan intensif
dimaksukkan ke instalasi ICU.
Demikian
Hikmah Jum’at kali ini semoga dengannya Allah memberikan manfaat, dan Allah
berkenan menjaga kefitrian diri hingga kelak menghadap kepada-Nya. Billaahi
fii sabiilil haq.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar