Merawat kebersihan hati selain
harus dari sisi internal, dengan mengetahui gejala-gejalanya juga harus mawas
akan adanya entitas luar yang senantiasa mengintai untuk memengaruhi manusia agar
hatinya terkontaminasi. Dia adalah setan. Orang beriman meyakini bahwa
keberadaan dan pengaruh setan ini nyata adanya, meskipun tidak kasat mata.
Karena itu manusia sulit mengidentifikasi dan membedakan, antara kemauan diri
atau kemauan diri yang telah terkontaminasi, yang menjerumuskan pada
ketidakbaikan. Di sinilah letak pentingnya senantiasa memohon perlidungan
kepada Allah dari godaan dan gangguan setan. Bahkan Rasulullah
pun, senantiasa memintakan perlindungan kepada Allah untuk kedua cucu tersayangnya Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein, dari godaan setan ini.
عن ابن عباس رضى الله عنهما قال كان
رسول الله صلى الله عليه وسلم يعوذ الحسن
والحسين فيقول أعيذكما بكلمات الله التامة من كل شيطان وهامة ومن كل عين لامة
Dari
Ibn Abbas ra. dia berakata: Adalah Rasulullah memintakan perlindungan untuk
Hasan dan Husein seraya Beliau bersabda: Saya mohon perlindungan untuk kalian
berdua dengan lantaran kalimat Allah yang sempurna, dari setan, hewan berbisa
dan dari pandangan mata yang membawa keburukan.
Setan senantiasa melakukan
tipu daya dengan cara apapun, kepada siapapun sesuai dengan apa yang
memungkinkannya bisa masuk untuk melakukan tipu daya. Tipu daya (talbiis) itu
menjadikan pandangan seseorang terhadap yang batil tampak haq, yang jelek
tampak baik. Untuk melakukan itu dia tidak pernah istirahat sedikitpun, tidak
pernah tertidur sedikitpun. Hasan al-Basri pernah ditanya oleh seseorang.
Apakah setan itu tidur, ia menjawab: Oh tidak pernah. Jika ia tidur, kita bisa
istirahat sejenak dari tipu daya mereka.
قال الرجل
للحسن البصرى: أينام إبليس؟ لو نام لوجدنا راحة
Ada
seseorang bertanya kepada Hasan al-Bashriy: Apakah Iblis itu juga tidur? (dia
berkata): Seandainya ia itu tidur, maka kita bisa istirahat (sejenak).
Lantas bagaimana setan menggoda manusia
agar terjerumus pada jurang kehinaan?. Ibnu al-Jauziy (bukan Ibn al-Qayyim
al-Jauziyah) dalam Talbiis al-Ibliis pernah menggambarkan bagaimana setan itu
melakukan talbis kepada manusia. Hati manusia dianalogikan dengan sebuah
benteng. Benteng tersebut ada dinding-dindingnya yang dilengkapi dengan
pintu-pintu. Benteng tersebut juga ada penjaganya atau security-nya. Security
tidak boleh terlena barang sebentar saja. Karena di luar benteng selain ada
malaikat* juga ada setan yang saling berebut pengaruh.
Nah, di dalam benteng ada bilik
yang ditempati oleh akal sehat, di sebelahnya ada ruangan yang ditampati oleh
hawa nafsu. Antara akal dan hawa nafsu, sering terjadi
tarik menarik kepentingan. Setan senantiasa mondar-mandir di sekeliling
benteng, dan selalu berusaha untuk mengakses ke bilik yang ditempati oleh hawa
nafsu. Karena itu security enggak boleh lengah sedikitpun, karena kalau sudah
masuk, tidak ada yang bisa menghalangi setan dalam melakukan tipu daya. Dia
senantiasa memonitor dan mencari di mana titik kelelahan dan kelengahan para
penjaga benteng.
Pernah kan Kanjeng Nabi menjelaskan
bahwa di dalam diri manusia sesungguhnya sudah di pasang ”polisi” yang akan
menjaga seseorang agar tidak melakukan kejelekan. Kejelekan akan membuat resah
dan hati tidak tenang, sabda kanjeng Nabi tersebut begini.
البر حُسن الخُلق،
والإثم ما حاك في نفسك وكرهت أن يطلع عليه الناس
Kebaikan adalah
akhlaq yang baik, sedangkan kejelekan adalah yang membuat jiwamu risau, resah,
tidak tenang. Dan kamu tidak senang jika kejelekan (yang kamu lakukan itu)
diketahui oleh manusia.
Lanjut
ke benteng lagi. Lalu di dalam benteng tadi juga ada lampu penerang,
yang tidak lain adalah dzikrullah. Di dalam benteng juga ada kaca pengilon atau cermin. Semakin banyak dzikirnya, maka semakin terang-benderang bilik-bilik
yang ada di dalam benteng tadi. Demikian pula kaca pengilonnya juga bisa memantulkan
cahaya yang terang pula. Bahkan bisa memancarkannya sampai keluar benteng. Nah,
sebaliknya jika dzikirnya kepada Allah kok sedikit maka lampu penerangan di
dalam benteng mbleret tidak terang, redup, hanya remang-remang. Ini yang menjadikan jika
ada pihak luar masuk tanpa terdeteksi oleh kaca pengilon tadi.
Di sisi
luar, setan masih memonitor terus setiap saat. Dia berusaha untuk bisa masuk.
Awal dia masuk untuk mentalbiskan yang batil menjadi hak dan yang hak menjadi
batil adalah dengan membuat remang-remang. Caranya bagaimana, di gambarkan oleh
Ibn al-Jauziy, setan selalu meniupkan dukhan atau asap ke dalam bilik hawa
nafsu. Dengan begitu, dia bisa masuk dengan leluasa dan tidak termonitor oleh
para penjaga. Ketika sudah bisa masuk, dia bisa menipu para penjaga bahkan bisa
menghalangi cermin, dan bahkan bisa mematikan lampu yang menerangi benteng
tersebut. Jika sudah demikian keadaannya yakni lampunya sudah mati, cerminnya
sudah tidak mengkilap lagi, ruangang menjadi gelap, maka gelaplah seluruh
benteng, menjadi benteng yang tak bertuan, tuannya sudah tak berdaya lagi sudah
dilemahkan. Sekarang yang menjadi tuannya adalah pendatang baru, ibarat tamu
tapi jadi tuan rumah. Tuan rumahnya, tidak bisa berbuat apa-apa lagi, karena
terjajah oleh tamu yang tidak lain adalah setan tadi.
Sebelum
hal itu terjadi, maka merawat kefitrian diri harus senantiasa dilakukan.
Caranya dengan menjauhi ajakan, bisikan jelek dengan cara menerangi hati
melalui dzikrullah. Pertajam mata hati dengan dzikrullah. Dengan begitu,
manusia bisa meminta nasihat kepada hatinya sendiri. Sabda Kanjeng Nabi tentang
hal itu, sebagaimana didijelaskan oleh Imam Nawawiy dalam karya beliau al-Arbain
an-Nawawiyah hadis ke dua puluh tujuh sebagai berikut.
استفتِ قلبك، البر ما اطمأنت إليه النفس، واطمأن إليه القلب، والإثم ما حاك
في النفس، وتردد في الصدر، وإن أفتاك الناس وأفتَوْك
_Mintalah fatwa (nasihat) kepada
hatimu. Kebaikan/kebajikan itu adalah segala hal yang jiwa merasa tenang
dengannya, dan hati merasa tenteram-tenang kepadanya. Sedangkan dosa itu adalah
apa saja yang ngganjel dalam hatimu, dan membuat hatimu gojag-gajeg (ragu), meskipun kamu meminta fatawa kepada manusia dan manusia memberikan
fatwa kepadamu._
Demikian
Hikmah Jum’at kali ini semoga dengannya Allah memberikan manfaat, dan Allah
berkenan menjaga kefitrian diri hingga kelak menghadap kepada-Nya. Billaahi
fii sabiilil haq.