Jumat, 29 Februari 2008

Dzikir Sebagai Metode Problem Solving

DZIKIR SEBAGAI METODE PROBLEM SOLVING

Kepada pada pengunjung blog ini, saya ingin bercerita tentang betapa dzikir kepada Allah menjadi metode pemecahan masalah yang tidak diragukan lagi kehandalannya. Tentu saja hal ini hanya bagi para pengunjung dan pembaca yang tidak menganut paham rasionalisme-positivistik lebih-lebih materialisme. Namun, bukan berarti kalau ada pembaca yang menjunjung tinggi rasionalisme dan materilisme kemudian tidak boleh membaca tulisan ini.

Metode dzikir yang hingga saat ini masih saya jalani ini, saya peroleh ketika saya masih bertugas di STAIN Palu. Singkat cerita saya bertemu dengan murid-murid pengamalan dzikir ini, yang salah satu dari mereka adalah mahasiswa saya. Setelah nyoba-nyoba ikut, justru saya menjadi lebih penasaran. Rasa penasaran itu, mendorong kuat keinginan saya untuk bertemu dengan guru dzikir tersebut.

Setelah bertemu, bersilaturrahmi dan berdialog ternyata saya telah menemukan sosok guru, yang disebut oleh murid-muridnya sebagai Guru Besar al-Haq, yang sangat sederhana, santun, rendah hati dan berbagai sifat shaleh lainnya.

Kesalehan sosok Guru Besar itu kemudian mendorong saya untuk berkhidmat dan berguru kepada beliau. Akhirnya, saya yang waktu itu berdomisili di kota Palu, rela menempuh perjalanan hampir dua hari untuk berguru langsung kepada beliau. Yakni di kota Luwuk, Sulawesi Tengah. Bahkan kemudian saya sempat tinggal di kampung halamannya di desa Binsil yang sangat jauh dari keramaian, di penghujung pulau Sulawesi, di pinggiran Samudera Hindia. Di situlah beliau dilahirkan. Di situ pula lah saya berguru kepada beliau.

Itulah hikmah terbesar yang saya rasakan, mengapa Allah menempattugaskan saya untuk pertama kali di Sulawesi Tengah, yang sangat jauh dari tempat saya menempuh studi, baik di Salatiga, maupun di Medan, ketika S-2.

Saat awal-awal penempatan tugas itu, saya belum bisa merasakan hikmah apa yang akan saya peroleh dengan tugas di Palu ini, yang jauh dari istri, saudara dan keluarga. Ternyata inilah hikmah terbesar yang diberikan Allah kepada saya. Lebih-lebih lagi, setelah saya menerima pengamalan dzikir itu, tidak lama kemudian pengajuan mutasi tugas saya ke Salatiga disetujui. Padahal, aturannya setelah 10 tahun seorang PNS bekerja di tempat tugasnya pertama, baru bisa mengusulkan pindah. Inilah kemurahan dan rahmat Allah.

Ringkas cerita, setelah saya pulang istri saya yang telah lama saya tinggal dan saat itu belum memiliki keturunan, saya pandu untuk mengamalkan dzikir tersebut. Alhmadulillah, dengan wasilah dzikir itu, tidak lebih dari dua bulan Allah memberikan karunia terbesar kepada saya yaitu, istri saya hamil. Padahal sudah hampir dua tahun lebih kami berdua menjalani terapi medis di dokter spesialis kandungan dan belum ada hasilnya. Namun al-Hamdulillah, setelah mengamalkan dzikir itu, Allah mengabulkan permohonan kami berdua.

Dari situlah kemudian saya berkesimpulan, dzikir al-Haq ini merupakan metode Problem Solving bagi siapa saja yang meyakini akan karunia Allah. Dari pengalaman pribadi tersebut, saya bermaksud membuka diri bagi siapa saja yang ingin mengamalkan dzikir al-Haq sebagaimana yang telah saya lakukan.

Saya sangat meluangkan waktu bagi siapa saja yang ingin mengamalkan dzikir tersebut. Saya tidak memungut biaya sedikitpun, dan tidak memiliki kepentingan apapun dengan menyebarluaskan dzikir ini, kecuali hanya ingin mencari ridha Allah. Jadi Majjanan alias Free of Charge bin gratis.

Bagi yang berminat silahkan hubungi no HP saya (08156654146) atau bisa juga via email seperti tertera dalam blog ini yaitu: pakeakmal03@yahoo.co.id atau bapakeakmal03@yahoo.co.id.